Kepala Dishut Kaltim Amrullah menyatakan inventarisasi tersebut bertujuan untuk memetakan potensi sumberdaya hasil hutan yang selama ini belum tereksplorasi dengan baik.
Dinas Kehutanan (Dishut) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) melakukan inventarisasi potensi sumberdaya sektor kehutanan untuk pemetaan komoditas unggulan.
Menurut definisi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), KPH adalah wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien dan lestari. KPH terdiri dari Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK), Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP). Dia menjelaskan, saat ini di Kaltim memiliki 20 KPH yang ditugasi melaksanakan inventarisasi, dimana sejak dahulu sumber daya hasil hutan tersebut merupakan produk andalan Benua Etam.
“Sesuai dengan amanat Kepmen LHK No 8/2021 terkait dengan potensi di kawasan hutan maupun Areal Penggunaan Lain (APL), itu diminta kepada KPH untuk menginventarisasi seluruh potensi yang ada di di wilayahnya,” ujarnya, Rabu (13/10/2021).
“Beragam komoditas telah diketahui seperti rotan, dahulu kan luar biasa, sekarang ini nggak ada lagi. Nah, sekarang ini dicoba untuk diinventarisir lagi,” jelasnya. Berdasarkan data Dinas Kehutanan Kaltim, luas kawasan hutan Kaltim saat iniseluas 8,256 juta hektare atau secara total hampir 65 persen luas wilayah Kaltim adalah kawasan hutan.
Jika dirinci dalam kawasan hutan tersebut terdapat kawasan konservasi dan pelestarian alam seluas 437.879 hektare, hutan lindung 1,792 juta hektare, hutan produksi terbatas 2,881 juta hektare, dan hutan produksi tetap 3,02 juta hektare.
“Kemudian hutan produksi yang dapat dikonversi itu hanya sebesar seluas 120.750 hektare,” kata Amrullah. Adapun, dia mengungkapkan bahwa inventarisasi tersebut ditargetkan selesai tahun depan, mengingat wilayah hutan Kaltim yang luas yang juga menjadi peluang untuk menemukan potensi-potensi komoditas yang dapat dihiliriasi.
Kendati demikian, inventarisasi tersebut juga dihadapkan pada tantangan berupa sumber daya manusia yang terbatas. “Jadi ke depannya setelah data itu didapat, kemudian kita bisa menawarkan kepada perusahaan-perusahan bahwa disini ada potensi ini yang bisa dikelola gitu,” pungkasnya.
sumber: kalimantan.bisnis