Banjir yang terjadi hampir tiap musim penghujan merupakan pengingat kita untuk menata kembali sungai dan Daerah Aliran Sungai (DAS) di sekitarnya. Penataan ini baik dengan nama normalisasi maupun naturalisasi selalu membutuhkan peta eksisting dan terbaru.
Minimal ada 2 (dua) peta yang harus tersedia untuk melakukan perencanaan tersebut, yaitu peta batimetri kedalaman sungai dan peta situasi DAS. Kedua peta tersebut jika dikombinasikan akan menjadi dasar perencanaan penataan sungai dan DAS.
Peta Batimetri untuk Kedalaman Sungai
Sedimentasi baik secara alami, yaitu lumpur dan sedimen dari hulu yang terbawa arus maupun sedimentasi akibat sampah yang dibuang di sungai, merupakan penyebab pendangkalan sungai. Pendangkalan ini menyebabkan daya tampung sungai menjadi berkurang dan bisa menyebabkan meluapnya sungai, jika terjadi kenaikan volume air pada sungai tersebut.
Bagaimana peta kedalaman sungai didapatkan?
Tentu saja survei batimetri perlu dilakukan untuk mendapatkan peta tersebut. Dengan Single Beam Echosounder (SBES) sudah cukup jika yang diharapkan adalah kedalaman sungai pada waktu tertentu. SBES merupakan salah satu alat akustik yang dapat dibawa oleh moda transportasi sungai biasa maupun dengan ASV (Autonomous Survey Vessel)/Kapal survei nirawak. Kapal survei Nirawak (ASV) ini sangat fleksibel dalam mobilisasi, sehingga penggunaannya akan memudahkan dalam pekerjaan survei batimetri.
Gambar 1. Autonomous Survey Vessel (ASV) untuk survey batimetri
Dengan menggunakan model autopilot dan jalur survei yang telah ditentukan, ASV ini dapat membawa SBES dan merekam kedalaman sungai secara otomatis. Dilengkapi dengan positioning RTK (Real Time Kinematik), maka koordinat serta kedalaman dapa diplot menjadi peta batimetri. Melalui pengolahan data yang relative mudah, maka kita akan tahu kedalam sungai pada waktu tertentu (pada saat survei dilakukan). Jika kita melakukan survei berkala, maka akan didapatkan laju endapan sedimentasi (baik natural maupun sampah).
Peta batimetri yang didapatkan, bisa dijadikan dasar pengerukan sungai untuk mendapatkan daya tampung sesuai dengan yang diharapkan.
Peta DAS (Daerah Aliran Sungai)
Peta Daerah Aliran Sungai adalah peta yang berisi informasi obyek-obyek pada sekitar aliran sungai tersebut. Obyek tersebut bisa berupa tutupan lahan, pemukiman dan lain sebagainya. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan penyangga dari sungai tersebut. Pemanfaatan lahan DAS ini seringkali berbeda dari yang sudah ditetapkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Hal ini karena keterbatasan lahan hunian maupun lainnya.
Gambar 3. Jenis-jenis Drone/UAV
Pemetaan DAS ini bisa dilakukan dengan berbagai cara baik darat maupun udara. Pemetaan dengan darat, lebih lama serta berbiaya relatif lebih mahal. Sedangkan pemetaan dengan foto udara menggunakan pesawat Nirawak akan memprcepat proses pengadaan peta DAS. Hasil peta foto dari pesawat nirawak akan diolah menjadi DSM, DTM maupun tutupan lahan.
Peta tutupan lahan tersebut dapat digunakan untuk perencanaan terhadap DAS maupun sungai itu sendiri (baik naturalisasi maupun normalisasi). Perubahan peruntukan kawasan sekitar sungai tentu saja dapat memperkecil lebar sungai. Bahkan jika ada bangunan di bibir sungai, maka aliran sungai akan menjadi terhambat.
Dengan menggunakan peta tersebut, maka rencana untuk memperlebar maupun memperbaiki aliran sungai akan bisa dilakukan dengan lebih baik. Jumlah rumah akan terhitung, luasan lahan kepemilikan dapat terhitung juga, sehingga ganti rugi (jika akan dilakukan penggusuran) akan bisa langsung dilakukan perhitungan.
Penggabungan Data Batimetri dan Data Foto Udara
Setelah kedua data tersebut didapatkan, maka penggabungan dapat dilakukan, karena kedua peta tersebut mengacu pada koordinat global yang sama. Tentu saja titik kontrol terhadap kedua peta tersebut harus dalam sistem koordinat yang sama.
Dengan penggabungan kedua peta tersebut, maka kita akan mempunyai peta perencanaan yang lebih bagus lagi. Beberapa hal yang bisa dilakukan dengan menggunakan kedua peta tersebut antara lain:
- Pembuatan Peta simulasi banjir
- Perencanaan pendalaman sungai
- Perencanaan normalisasi/Naturalisasi
- Perencanaan pembangunan DAS
- Perencanaan pembangunan pintu air
- Dan lain-lain