Musim kemarau yang mulai melanda wilayah Sumatera membuat Kabupaten Muba lebih meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan agar tidak terjadi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Berdasarkan pemetaan dan pengalaman di tahun-tahun sebelumnya, Kabupaten Muba yang sebagian wilayahnya didominasi lahan gambut menjadi daerah yang sangat rentan terbakar saat musim kering.
Oleh sebab itu, Pj Bupati Muba Apriyadi memaksimalkan deteksi potensi karhutla. "Kita tidak ingin setelah ada bencana baru bergerak, tentu potensi dan deteksi dini harus masif dilakukan," ungkap Pj Bupati Muba, Apriyadi, Kamis, 23 Juni 2022.
Baca juga : Riau Ditargetkan Jadi Provinsi Pertama Kelola BUMD Hutan Tanaman Industri
Tidak hanya itu, Pemkab Muba melalui BPBD Muba sudah melakukan koordinasi ke BNPB dalam upaya-upaya pencegahan potensi karhutla. "Beberapa waktu lalu saya juga sudah berkoordinasi dengan Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB Jarwansah dan Direktur Bidang Penanganan Darurat BNPB, Rustian Terkait upaya-upaya pencegahan dan penanganan karhutlah, termasuk rencana pembangunan Sodetan di kawasan Bayung Lencir Muba," urainya.
Sementara itu, Gubernur Sumsel H Herman Deru dalam arahannya, mengatakan keberhasilan penurunan titik hotspot pada tahun 2021, merupakan prestasi terbaik yang telah dilaksanakan oleh tim pengendalian kebakaran hutan dan lahan, dibawah komando Komandan Satuan Tugas Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, Komandan Korem 044 Garuda Dempo, dan dukungan dari semua instansi vertikal, termasuk TNI, POLRI dan OPD terkait di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan.
Baca juga : Para Pakar Memetakan Matriks Standar Sertifikasi di Kongres Kehutanan Dunia
Lanjut Herman Deru, sebagaimana yang disampaikan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Kelas I Palembang, bahwa Prakiraan Musim Kemarau Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2022, berdasarkan Press Release Nasional untuk musim kemarau diperkirakan paling cepat terjadi pada pertengahan Juni 2022. Puncak musim kemarau diperkirakan terjadi pada bulan Juli-September 2022, kemunculan hotspot telah terdeteksi meski musim kemarau belum terjadi.
Hal ini tentu berhubungan dengan penurunan kondisi atau adanya degradasi alam, seharusnya air hujan mampu bertahan lama di daerah gambut, sehingga lahan gambut tetap basah dan tidak mudah terbakar.
Baca juga : Diplomasi Iklim Bagian dari Agenda Murdiyarso Berikutnya?
Gubernur Sumsel juga menegaskan kembali beberapa hal yang harus menjadi perhatian bersama diantaranya, sinkronisasi satuan tugas Provinsi dengan Kabupaten, mengingat ada beberapa wilayah yang menjadi perhatian, karena kalau terjadi kebakaran, asapnya dapat mengarah menuju Kota Palembang. Kemudian membagi habis tugas pengendalian kebakaran hutan kebun dan lahan dengan melibatkan semua stake holder terkait yang ada baik di Provinsi maupun di Kabupaten. Memberikan sanksi tegas kepada pelaku yang membuka lahan dengan cara membakar atau pembakaran pasca panen, yang masih terjadi.