Pembelajaran Adaptif dan Refleksif untuk Forum Multipemangku Kepentingan yang Lebih Tangguh

Di Kenya, forum multipemangku kepentingan (MFS) yang mendorong transformasi ekologi pertanian meningkat seiring dengan meluasnya kepentingan atas pemanfaatan lahan, perubahan pemanfaatan lahan, dan sektor kehutanan di seluruh dunia.

Tujuan forum ini adalah untuk menjembatani pembuat keputusan politik dan ekonomi, ilmuwan, pengusaha dan petani, memberi ruang bertukar pengalaman dan informasi. Mereka juga mendorong agroekologi sebagai jalan yang menjanjikan menuju sistem yang adil dan positif bagi alam, meningkatkan resiliensi dengan memperkuat capaian ekologis dan sosial.

Akan tetapi, seperti yang telah ditunjukkan oleh penelitian dari the Center for International Forestry Research and World Agroforestry (CIFOR-ICRAF) tentang MSF, hanya mengajak orang duduk satu meja saja tidak cukup dalam memastikan bahwa proses ini akan berhasil.

Koordinasi dan kolaborasi mensyaratkan pemikiran strategis dan refleksi tentang bagaimana cara terbaik untuk mencapai konsensus antar pelaku yang sering memiliki pertentangan kepentingan, perbedaan kapasitas dan tidak meratanya akses terhadap sumberdaya.

Menyadari tantangan ini, Yayasan Biovision dan organisasi mitra menyokong berbagai wahana multipemangku kepentingan pada tingkat nasional dan daerah di Kenya, termasuk Wahana Multipemangku Kepentingan Pertanian Cerdas Iklim (CSA MSP) dan Forum Lintas Sektor Keanekaragaman Hayati dan Agroekologi (ISFAA).

Sebagai bagian dari upaya ini, PELUM Kenya, didukung Yayasan Biovision, menyelenggarakan lokakarya di Nairobi dengan mengundang kelompok MSF bidang agroekologi untuk berbagi pengalaman, tantangan, pembelajaran, dan kemajuan. Lokakarya ini dirancang juga untuk berdiskusi bagaimana meningkatkan sinergi dan mengatasi kurangnya interaksi antar wahana, forum, dan inisiatif berbeda.

MSF memiliki tujuan bersama memperkuat koordinasi dan kolaborasi antar para pemangku kepentingan dan mendorong praktik pertanian berkelanjutan untuk sistem pangan yang tangguh.

“Setiap orang memiliki visi agroekologi, kita perlu menyelaraskan dan bekerja sama untuk menciptakan manfaat terbaik untuk manusia dan planet,” kata Rosinha Mbenya dari PELUM Kenya.

Bagaimana hasilnya?

Lokakarya mengimplementasikan metode pembelajaran refleksif dan adaptif “Bagaimana hasilnya?”, sebuah alat pemantauan untuk mendukung kesetaraan dalam MSF yang dikembangkan oleh ilmuwan CIFOR-ICRAF

Perangkat pembelajaran adaptif dan refleksif dirancang bersama peserta dan pengurus MSF di Indonesia dan Peru untuk merefleksikan proses, kemajuan, dan prioritas forum. Tersedia dalam bahasa Inggris, Prancis, Indonesia, dan Spanyol, perangkat ini lebih dari sekadar melakukan pemeringkatan berdasar serangkaian indikator.

Perangkat ini memancing refleksi kelompok dari peserta dan pengurus MSF untuk menyadari dan merefleksikan berbagai tantangan, seraya mendukung pembelajaran sosial dalam merancang strategi untuk mencapai tujuan secara adil dan efektif.  Dalam prosesnya, kelompok belajar secara kolektif dari pekerjaan sebelumnya, menimbang jalan dan rintangan untuk maju serta secara kolektif merencanakan bagaimana mencapai tujuan masa datang.

Perangkat ini dirancang melalui serangkaian penyataan – tentang partisipasi, gender, komunikasi, inklusivitas, dan tema lainnya – yang dinilai oleh peserta dan mendiskusikan sejumlah refleksi.

Sejak versi pertama, perangkat ini sudah disesuaikan untuk mendorong proses partisipatif dalam konteks berbeda, sebagai contoh, dalam kolaborasi dengan lembaga pengelola Kawasan Lindung Peru dan Organisasi Nasional Perempuan Adat Peru.

Untuk lokakarya Ini, Yayasan Biovision Foundation, CIFOR-ICRAF, dan PELUM Kenya berkolaborasi untuk mengadaptasi pernyataan dan pertanyaan refleksi yang paling relevan dari perangkat ini dengan kebutuhan serta prioritas dari peserta MSF. Pernyataan dibuat menjadi pertanyaan untuk memicu diskusi, sebagai contoh:

  1. Apa dampak inisiatif agroekologis kita?
  2. Sumberdaya dan kapasitas apa yang dibutuhkan untuk mendukung pekerjaan kita?
  3. Apakah kita mengkomunikasikan pekerjaan kita secara efektif dengan para petani dan organisasi masyarakat?
  4. Seberapa baik MSF terlibat dengan lembaga lain yang memiliki perbedaan tujuan?
  5. Seberapa baik kita menyertakan perempuan, pemuda, dan komunitas dalam MSF kita?

Peserta dibagi menjadi empat kelompok yang terdiri dari lima sampai tujuh anggota untuk mendiskusikan semua pertanyaan.

Kelompok yang ada berisi kombinasi organisasi pemerintah dan masyarakat sipil peserta lokakarya serta keseimbangan peserta laki-laki dan perempuan. Mereka mempresentasikan poin-poin utama diskusi kepada kelompok lain, dilanjutkan dengan diskusi pleno, para peserta membandingkan pengalaman dan saling belajar.

Lokakarya di Kenya. Foto oleh: Biovision/Tanja Carrillo

Kolaborasi agroekologi di Kenya

Meskipun peserta mendiskusikan aspek pertanian berkelanjutan yang berbeda, tiga masalah utama yang akan mendukung peran MSF dalam agroforestri mencuat.

Pertama, menjamin pendanaan yang memadai merupakan prioritas utama bagi semua forum untuk mewujudkan rencana kerja dan menyatukan pemangku kepentingan lain. Para peserta setuju, pendanaan seharusnya tidak hanya datang dari donatur tapi juga termasuk dukungan keuangan dari pemerintah untuk memastikan keberlanjutan jangka panjang dari wahana mereka. Lebih lanjut, mereka juga setuju bahwa dibutuhkan peningkatan investasi riset yang menghasilkan dan mengkombinasikan bukti ilmiah spesifik manfaat agroekologi dengan pengetahuan tradisional dan adat.

Kedua, peserta setuju bahwa upaya komunikasi perlu diarahkan pada audiens mereka – seperti para petani atau pembuat kebijakan – untuk meningkatkan efektivitas advokasi. Mereka setuju, untuk berkolaborasi mewujudkan transformasi agroekologi, berbagai inisiatif berbeda perlu menyelaraskan pesan dan menciptakan narasi yang serupa.

Ketiga, para peserta menyadari bahwa pemuda, perempuan, dan disabilitas perlu diikutsertakan secara aktif dalam MSF.

“Apa yang menonjol bagi saya adalah komitmen para mitra untuk secara sengaja melibatkan lebih banyak pemuda dan perempuan dalam agroekologi serta dalam diskusi dan aktivitas MSF,” kata Hannah Kigamba dari inisiatif kepemudaan YALTA, merefleksikan lokakarya tersebut. “Ini akan memfasilitasi inklusivitas dan memadukan suara pemuda dan perempuan dalam rencana agroekologi lintas tingkat. Seruan kepada perempuan dan pemuda – kita perlu mengambil agroekologi sebagai peluang tidak hanya untuk transformasi sistem pangan yang berkelanjutan tapi juga pemberdayaan ekonomi.”

Setelah menerapkan metode “Bagaimana hasilnya?” diskusi kelompok yang dilakukan selama lokakarya disintesiskan menjadi rencana kerja kolektif dengan usulan konkret seperti pembuatan penerbitan triwulan agroekologi, seluruh organisasi dapat berkontribusi dan berbagi informasi mengenai kerja mereka. Dirancang pula inklusi terencana dalam forum kelompok pemangku kepentingan – dengan melibatkan sektor swasta dan penggembala – serta keterlibatan lebih aktif perempuan dan pemuda.

Terkait koordinasi, para peserta setuju bahwa pertukaran semacam ini perlu dilakukan secara rutin untuk meningkatkan sinergi antar inisiatif dan wahana agroekologi berbeda.

Terakhir, para peserta setuju perlunya pengembangan strategi nasional yang menyediakan kerangka kerja bersama untuk agroekologi di Kenya.

Lokakarya diselenggarakan pada 1-4 Maret 2022.

Penelitian ini merupakan bagian dari Studi Komparatif Global mengenai REDD+ CIFOR. Mitra pendanaan yang telah mendukung penelitian ini adalah Badan Kerjasama Pembangunan Norwegia (Norad, Hibah No. QZA-21/0124), Inisiatif Iklim Internasional (IKI) Kementerian Lingkungan, Konservasi Alam, dan Keselamatan Nuklir Jerman (BMU, Hibah No. 20_III_108), dan Program Penelitian Hutan, Pohon, dan Agroforestri CGIAR (CRPFTA) dengan dukungan keuangan dari Dana Bantuan CGIAR. Lokakarya ini diselenggarakan bersama Yayasan Biovision Bidang Pengembangan Ekologi dan PELUM Kenya, dengan bantuan keuangan dari Yayasan IKEA dan Badan Pembangunan dan Kerjasama Swiss. Tim Kebijakan dan Advokasi Biovision menggabungkan keahlian tematik agroekologi dengan pengalaman dalam advokasi dan dialog kebijakan untuk terlibat dengan pengambil keputusan di tingkat nasional dan internasional seputar topik pertanian berkelanjutan dan transformasi sistem pangan. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi Kotak Info Agroekologi.

The post Pembelajaran Adaptif dan Refleksif untuk Forum Multipemangku Kepentingan yang Lebih Tangguh appeared first on CIFOR Forests News.


See the rest of the story at mysite.com

Related:
Bridging the information gap
Agroforestri Perlu Tampak dalam Anggaran Nasional untuk Melacak Kemajuan Iklim
Le mécanisme de rémunération des services écosystémiques des forêts tient-il ses promesses ?


source https://forestsnews.cifor.org/79793/pembelajaran-adaptif-dan-refleksif-untuk-forum-multipemangku-kepentingan-yang-lebih-tangguh?fnl=enid

Post a Comment

Previous Post Next Post